BRCC INDONESIA

Sejarah dan Filosofi Bakpao: Dari Tiongkok hingga Indonesia

Sejarah dan Filosofi Bakpao: Dari Tiongkok hingga Indonesia

Siapa orang Indonesia yang belum pernah makan Bakpao? Roti kukus yang satu ini dapat dikatakan sebagai salah satu jajanan favorit sebagian masyarakat Indonesia. Roti kukus ini merupakan jenis makanan yang berasal dari Tiongkok, namun saat ini, sudah terkenal dan menjadi panganan sehari-hari masyarakat Indonesia.

Dalam bahasa Mandarin, makanan ini disebut sebagai baozi (Chinese: 包子). Istilah “Bakpao” sebenarnya berasal dari dialek Hokkien, di mana “Bak” berarti daging, dan “Pau” berarti roti atau bungkus. Secara pengartian harafiaf, bakpao hanyalah roti kukus yang berisikan. Meski demikian, sekarang isian roti kukus ini sudah sangat beragam, menyesuaikan dengan selera lokal dan inovasi kuliner dari berbagai negara, termasuk Indonesia.

Proses pembuatan bakpao pun tidaklah sulit. Bahan utama bakpao adalah tepung yang diolah menjadi adonan lembut. Setelah itu, adonan tersebut diberi isian beragam sebelum akhirnya dikukus. Setelah matang dikukus, roti ini akan menghasilkan tekstur yang lembut dan aroma khas yang harum.

Sejarah Bakpao

Bakpao memiliki sejarah panjang sebagai makanan tradisional di Tiongkok. Beberapa sumber memberitakan bahwa roti kukus ini pertama kali diciptakan selama masa Dinasti Han (202 SM – 220 M) dan berkembang luas selama Dinasti Tang (618 – 907 M). Legenda yang berkembang di masyarakat Tiongkok menyatakan bahwa bakpao pertama kali dibuat oleh seorang ahli strategi militer terkenal bernama Zhuge Liang, yang hidup pada masa Tiga Kerajaan (220–280 M).

Legenda ini menceritakan bahwa Zhuge Liang, dalam salah satu ekspedisi militernya, menghadapi situasi sulit saat harus menyeberangi sungai bersama pasukannya. Saat itu, ada kepercayaan masyarakat setempat bahwa menyeberangi sungai harus disertai dengan pengorbanan kepala manusia sebagai persembahan kepada roh sungai agar perjalanan berlangsung aman. Namun, Zhuge Liang yang menghargai nyawa pasukannya dan ingin menolak tradisi ini, memutuskan untuk mencari solusi lain. Dia menciptakan roti kukus berbentuk bulat yang diisi dengan daging, sebagai pengganti kepala manusia. Bentuk bulat ini dianggap mewakili kepala manusia dan dijadikan persembahan untuk menenangkan roh sungai, sehingga rombongan dapat menyeberangi sungai dengan aman. Dari sinilah legenda bakpao bermula, sebagai simbol keberanian, inovasi, dan kasih sayang terhadap sesama.

Selain legenda tersebut, bakpao juga menjadi bagian penting dalam budaya kuliner Tiongkok dan dipandang sebagai makanan yang membawa keberuntungan dan kesejahteraan. Bentuk bulatnya melambangkan kesatuan dan kelimpahan, yang diharapkan membawa kebahagiaan dalam kehidupan keluarga dan masyarakat. Filosofi ini menjadikan bakpao sebagai makanan yang sering hadir dalam acara-acara khusus seperti Tahun Baru Imlek, pernikahan, dan perayaan lainnya di Tiongkok.

Filosofi Bakpao : Lambang Keberuntungan dan Kesatuan

Filosofi Bakpao: Lambang Keberuntungan dan Kesatuan

Bakpao dengan bentuknya yang bulat memang memiliki makna simbolis. Dalam budaya Tiongkok, bentuk bulat melambangkan kesatuan, keberuntungan, dan kebahagiaan. Bentuk lingkaran ini bermakna tanpa ujung, yang menggambarkan harapan akan hubungan yang terus berlanjut dan keberuntungan yang tak terputus. Oleh karena itu, makanan ini kerap disajikan pada acara-acara penting sebagai simbol doa untuk kebersamaan dan masa depan yang lebih baik.

Selain bentuknya, isian bakpao pun membawa makna tertentu. Misalnya, isian daging babi atau ayam melambangkan kelimpahan dan kemakmuran, karena daging dianggap sebagai bahan makanan mewah dalam banyak budaya. Demikian pula, kacang merah dipandang sebagai lambang cinta dan harapan. Di beberapa daerah di Tiongkok, bakpao dengan isian kacang merah disajikan dalam perayaan pernikahan sebagai lambang harapan akan kehidupan yang penuh cinta dan persatuan. Sementara itu, isian pasta lotus, yang dibuat dari bunga teratai, mencerminkan kemurnian dan harapan akan masa depan yang lebih baik.

Bakpau juga memiliki fungsi praktis sebagai bekal. Karena dikukus, tekstur bakpau yang lembut dan mengenyangkan membuatnya cocok untuk dibawa dalam perjalanan jarak pendek atau sehari-hari. Namun, karena kandungan kelembapannya yang tinggi, bakpau cenderung lebih mudah basi dibandingkan roti yang dipanggang kering, sehingga perlu disimpan dalam pendingin jika tidak dikonsumsi segera setelah dikukus.

Kecintaan masyarakat Tiongkok terhadap bakpao menjadikan makanan ini sebagai pilihan populer untuk sarapan yang mengenyangkan. Jika kita berkunjung ke negeri Tirai Bambu, pasti kita akan banyak menemukan penjual bakpao di berbagai sudut kota, mulai dari kios kecil di pasar tradisional hingga restoran mewah. Makanan ini biasanya disajikan hangat di pagi hari, sering kali sebagai bagian dari menu dimsum atau sebagai camilan yang mudah dijumpai di sepanjang jalan.

Bakpao di Indonesia

Bakpao yang berkembang di Indonesia memiliki varian yang beragam. Varian yang paling populer adalah isian daging ayam, sebagai penyesuaian untuk masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim. Bakpao yang awalnya memiliki isian daging babi diubah menjadi isian daging ayam, sehingga bisa dinikmati oleh masyarakat Indonesia tanpa mengorbankan nilai-nilai keagamaan. Selain daging ayam, varian isian lain yang sangat digemari adalah isian kacang hijau. Ini adalah pilihan yang disukai oleh para vegetarian atau orang yang menghindari protein hewani, serta memberikan sumber protein nabati yang cukup tinggi.

Tidak hanya isian kacang hijau, Indonesia juga mengembangkan varian bakpao lainnya seperti isian kacang merah, coklat, dan keju. Kacang merah memiliki tekstur dan cara pengolahan yang mirip dengan kacang hijau, yaitu direbus, dihaluskan, lalu dicampur dengan gula untuk memberikan rasa manis. Begitu pula dengan isian coklat dan keju, yang memberikan pilihan rasa baru yang modern dan disukai oleh anak-anak hingga orang dewasa.

Keberadaan bakpao di Indonesia yang telah beragam ini menunjukkan bagaimana makanan khas Tiongkok ini beradaptasi dan berkembang dalam budaya kuliner lokal. Makanan ini sudah menjadi jajanan yang mudah ditemukan di pasar-pasar tradisional hingga gerai modern, dan bahkan menjadi camilan yang populer di berbagai kalangan masyarakat Indonesia.

Scroll to Top