BRCC INDONESIA

Festival Qingming, Tradisi Lama yang Lestari Sampai Kini

Festival-Qingming-Ceng-Beng-Sembahyang-Kuburan

Di kalangan masyarakat umum, festival Qingming memang tidak sepopuler Imlek maupun Cap Go Meh. Akan tetapi, Qingming tetap menjadi tradisi penting yang lestari hingga saat ini dalam masyarakat Tionghoa. Festival ini lebih banyak dikenal dengan nama Ceng Beng atau sembahyang kuburan.

Festival Qingming merupakan rangkaian kegiatan menghormati dan mengenang leluhur sekaligus mengungkapkan kerinduan mendalam pada anggota keluarga yang telah tiada.

Acara ini berlangsung pada awal April setiap tahun atau bertepatan pada surya kelima dari 24 surya yang ada dalam kalender surya tradisional Tiongkok. Di negara asalnya, pemerintah setempat menetapkan hari tersebut sebagai hari libur nasional semata-mata agar semua orang bisa ikut meramaikannya.

Semua rangkaian kegiatan bernuansa khidmat yang pekat. Selain untuk mendoakan arwah, Qingming juga bertujuan untuk membuang kesialan yang melekat di badan. Agar tidak mengurangi esensi dari kegiatan ini, ada beberapa ketentuan wajib yang harus orang Tionghoa amalkan dan hindari. Berikut penjelasannya.

Rangkaian Kegiatan Wajib Saat Festival Qingming

Festival Qingming diisi dengan beberapa kegiatan wajib. Rangkaian acara dimulai dari:

1. Membersihkan Makam

Qingming identik dengan kegiatan membersihkan makam leluhur dan orang-orang terkasih. Bagi orang Tionghoa, membersihkan makam merupakan bentuk pengabdian, penghormatan, sekaligus pemujaan terhadap leluhur. Itu mengapa membersihkan makam menjadi ritual paling penting dalam rangkaian festival Qingming.

Proses pembersihan makam di tiap daerah berbeda-beda. Khusus untuk di daerah pedesaan, kegiatan ini terbilang menguras tenaga. Sebab masyarakat desa masih menggunakan cara tradisional dalam memakamkan jenazah. Mereka membangun makam dalam bentuk gundukan-gundukan besar lengkap dengan batu besar di bagian kepala sebagai penanda.

Makam-makam besar seperti itu biasanya berada di pegunungan yang arealnya masih luas. Namun, rawan sekali ditumbuhi semak belukar. Itu mengapa proses pembersihan makam di pedesaan umumnya dilakukan berhari-hari secara bergotong royong.

Berbeda dengan masyarakat di perkotaan yang sebagian besar sudah memilih cara kremasi. Abu kremasi umumnya disimpan dalam guci dan loker khusus. Jadi yang dirawat paling-paling hanyalah guci tempat abu tersebut tersimpan. Sebagian orang ada juga yang mengubur abu kremasi, tetapi bentuk makam yang mereka bangun lebih modern dan mudah dibersihkan.

2. Menghadiahkan Sesaji

Setelah makam bersih, keluarga wajib menyediakan sesaji sebagai hadiah untuk arwah leluhur atau orang yang mereka sayangi. Sesaji ditempatkan di kepala atau kaki makam. Isiannya bebas, namun biasanya keluarga akan memberikan sesaji terbaik sesuai dengan kesukaan si arwah semasa hidupnya. Misal, sepiring buah-buahan, nasi beserta lauk, minuman fermentasi, ataupun kue-kue.

Memberikan sesaji bukan sekadar melambangkan cinta kasih yang hidup pada yang telah tiada, tapi juga diartikan sebagai bentuk sedekah.

3. Tamasya dan Berkegiatan di Luar Rumah

Festival Qingming ditunggu-tunggu kehadirannya karena pada perayaan ini orang-orang akan banyak bertamasya atau melakukan aktivitas di luar rumah. Beberapa aktivitas yang jadi sorotan dalam perayaan ini antara lain menerbangkan layang-layang lalu memutuskan benangnya ketika layangan sudah tinggi, melukis telur, berlomba ayunan, ataupun piknik bersama keluarga.

Pantangan Selama Festival Ini Berlangsung

Ada yang namanya ritual wajib, ada pula yang namanya pantangan selama perayaan Qingming berlangsung. Menurut keyakinan warga Tionghoa, pantangan tersebut memiliki arti dan dampak buruknya masing-masing.

Berikut beberapa contoh hal-hal yang pantang dilakukan selama masa Qingming berlangsung:

1. Berziarah Saat Petang

Waktu terbaik berziarah dan membersihkan makam ialah saat matahari terbit hingga pukul 3 sore saja. Andai tetap tidak memungkinkan selesai di batas maksimal, paling tidak semua ritual di pemakaman harus berakhir sebelum pukul 5 sore.

Berziarah saat petang pantang di kalangan warga Tionghoa dan dianggap tabu. Bila pantangan ini dilanggar, maka konsekuensinya makhluk-makhluk halus akan mengganggu dan mengikuti kita pulang.

2. Mendokumentasikan Kegiatan di Pemakaman dengan Kamera

Festival tahunan seperti ini kadang memancing keinginan untuk mendokumentasikan semua kegiatan sebagai kenang-kenangan, termasuk kegiatan di pemakaman. Apalagi sekarang semua orang sudah menggenggam smartphone berkamera. Pastilah keinginan untuk berswafoto pun sulit tertahankan.

Namun, hal tersebut termasuk pantang dalam perayaan Qingming dengan alasan adab, sekaligus kekhawatiran makhluk-makhluk astral yang berdiam di pemakaman menjadi terganggu.

3. Perempuan Hamil Tidak Boleh Ikut ke Pemakaman

Perempuan hamil tidak diperbolehkan ikut ke pemakaman. Begitu pula dengan orang-orang yang kondisi kesehatannya sedang kurang bagus dan anak-anak.

Kelompok ini dianggap rentan terhadap energi negatif yang ada di lingkungan makam. Sedangkan dari kacamata klinis, pantangan tersebut memang ada benarnya. Dari segi imunitas, kelompok ini tergolong rentan dan asap pembakaran dupa lebih berisiko bagi kesehatan mereka.

4. Menggunakan Pakaian Berwarna Mencolok

Pantangan lain dalam rangkaian acara Qingming ialah menggunakan pakaian dengan warna-warna mencolok dan bermotif heboh. Orang Tionghoa lebih mengutamakan pakaian berwarna gelap dan polos.

Alasannya?

Qingming identik dengan kegiatan pembersihan makam. Itu mengapa kesakralannya harus dijaga dengan tidak mengenakan sesuatu yang berlebihan, entah itu dalam bentuk pakaian ataupun perhiasan.

5. Tidak Memanggil dengan Nama Lengkap

Pantangan ini mungkin sudah jarang terdengar di kota-kota besar, namun warga Tionghoa di pedesaan masih menerapkannya hingga sekarang.

Di pedesaan, perkuburan terletak di wilayah terpencil seperti kaki gunung. Aksesnya menantang dan banyak diramaikan oleh cerita-cerita horor. Konon, bila kita memanggil teman atau keluarga dengan nama lengkapnya, makhluk-makhluk halus akan mudah melakukan tipu muslihat dengan cara menyerupai orang tersebut lalu mengusilinya. Di samping itu, pantang juga menoleh ke belakang apabila ada suara-suara asing memanggil.

Akhir Kata

Begitulah kiranya cara orang Tionghoa merayakan festival Qingming setiap tahun. Semoga informasi ini dapat menambah wawasan pembaca tentang khazanah budaya Tionghoa di dunia.

Scroll to Top